1. Teknik Perencanaan pengadaan bahan baku di PT Cuap-Cuap (disamarkan)
Untuk pengadaan bahan baku pada awalnya PT Cuap-Cuap menerima sampel beberapa vendor atau supplier sehingga bisa menyuplai bahan baku sesuai dengan spesifikasi yang perusahaan inginkan. Selanjutnya dilakukan evaluasi harga setelah sepakat maka supplier akan memberikan produknya untuk kelangsungan produksi perusahaan.
Untuk supplier atau vendor yang terpilih harus memiliki sertifikat halal dan surat ijin usaha.
Untuk bahan baku di PT Cuap-Cuap ada beberapa spesifikasi yang harus dipenuhi, bukan hanya bahan baku pangan (seperti minyak sawit, mentega, susu bubuk, tepung, flavour dll) namun juga non pangan (seperti karton, plastik dll).
Untuk bahan baku yang datang akan di check oleh QC Incoming dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan, biasanya bagian purchasing akan bekerjasama dengan QC tentang waktu barang tersebut akan datang.
Bahan baku akan datang sesuai pesanan yang telah dilakukan oleh bagian purchasing.
2. Teknik Perencanaan produksi PT Aerofood Indonesia
Teknik yang digunakan dalam production planning di PT Cuap-Cuap adalah forecast sales atau bila dalam bahasa indonesia berarti ramalan penjualan. Seorang Manajer Produksi biasanya sudah mengetahui kebiasaan distributor dalam memesan produk dari perusahaan, misal distributor A biasanya memesan 150 karton pada hari senin, sedangkan distributor B biasanya hanya 100 karton namun pada hari rabu dan sabtu, sehingga bisa ditentukan berapa karton produk yang akan dibuat.
Kemudian Manajer Produksi akan menuliskan rencana produksi pada papan whiteboard sehingga masing-masing kepala bagian akan tahu apa yang harus mereka buat hari itu dan berapa jumlahnya. Kemudian kepala bagian akan memberitahukan kepada operator kecuali bagian gudang paket yang akan langsung menerima instruksi dari manajer produksi bahan-bahan apa saja yang harus disiapkan untuk produksi hari ini karna semua bagian akan mendapat suplai bahan baku dari gudang paket, terakhir tentu semua bagian akan melakukan tugas masing-masing sampai terpenuhi kuotaproduk yang harus dihasilkan pada hari itu.
3. Langkah untuk mendapat zero defect
Langkah PT Cuap-Cuap untuk mencapai Zerro Deffect yaitu dengan menerapkan SOP dan keamanan pangan prosedur tersebut di koordinir oleh staf quality control bekerja sama dengan bagian produksi.
Langkah-langkah yang perusahaan lakukan yaitu mulai dari pemilihan bahan baku sampai produk jadi harus terawasi dengan baik. Untuk penerapan HACCP dalam alur produksi terdapat titik-titik kritis yang harus dipantau agar tidak terjadi penyimpangan. Adapun titik-titik kritis tersebut adalah :
1. Penerimaan Bahan Baku (CCP 1).
Dalam penerimaan bahan baku di receiving QC harus memastikan bahwa bahan baku sesuai dengan spesifikasi, tanggal produksi dan atau tanggal kadaluarsa bila bahan baku tidak sesuai spesifikasi maka QC wajib membuat berita acara dan diserahkan ke Manajer QC agar di tindak lanjuti. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperiksa oleh QC incoming saat ada bahan yang datang :
a. Tata cara pengecekan kuantitas barang ialah dengan menghitung jumlah barang sesuai surat jalan yang tertera. Pengambilan sample sebanyak ± 5 – 10 % dari jumlah yang datang. Bahan baku ditolak/dikomplain kuantitas per kemasannya jika kurang dari 2 %.
b. Bahan Baku
Pengecekan bahan baku utama dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Bahan yang pemakaiannya dalam jumlah besar dan tidak beresiko tinggi terhadap reaksi kimia, seperti tepung, jagung giling, mentega, gula, dan lain-lain. Sampling dilakukan pada saat barang datang dan sisa hasil sampling (kemasan terbuka) langsung masuk ke bon permintaan bahan untuk produksi. Bahan yang pemakaiannya dalam jumlah kecil dan beresiko tinggi terhadap reaksi kimia, seperti lechitine, flavour dan bahan lainnya. Pengecekan dilakukan ketika bahan akan dibuat paketan produksi, sehingga tidak ada kemasan yang terbuka selama penyimpanan.
- Air yang biasa dilakukan pengecekan pada air yang digunakan untuk produksi antara lain : warna jernih, tidak berasa, tidak berbau, jumlah dan pH netral (7).
- Tepung Terigu Tepung diambil beberapa sample untuk ditimbang berat per kemasan. Kemudian dicek informasi pada kemasan seperti, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, dan lainnya. Setelah sample tersebut dibuka, dilakukan inspeksi secara organoleptis mengenai tekstur, warna, bau, kondisi (menggumpal/tidak), berkutu/tidak, kadar air dan karakteristik lainnya sesuai ketentuan standar.
- Jagung Giling Jagung giling yang digunakan ada dua jenis, yaitu dalam bentuk butiran kasar dan butiran halus. Pengecekan kedua jenis jagung giling tersebut pada dasarnya sama, yaitu diambil beberapa sample untuk ditimbang berat per kemasan. Kemudian dicek informasi pada kemasan seperti, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, dan lainnya. Setelah sample tersebut dibuka, dilakukan inspeksi secara organoleptis mengenai tekstur, warna, bau, kondisi (menggumpal/tidak), berkutu/tidak, kadar air dan karakteristik lainnya sesuai ketentuan standar.
- Gula Pasir Gula yang datang diambil beberapa sample untuk ditimbang berat per kemasan. Kemudian dicek informasi pada kemasan seperti, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, dan lainnya. Setelah sample tersebut dibuka, dilakukan inspeksi secara organoleptis mengenai tekstur (butiran seragam), warna putih bersih, rasa manis, kering, kondisi (menggumpal/tidak), dan karakteristik lainnya sesuai ketentuan standar.
- Mentega Mentega yang datang dilakukan pengecekan secara organoleptis meliputi : warna putih, bau khas mentega, rasa khas mentega, tengik/tidak.
- Bubuk Coklat Bubuk coklat yang digunakan ada dua, yaitu bubuk coklat alkalis dan natural. Pengecekan dilakukan dengan mengambil beberapa sample untuk ditimbang berat per kemasan. Kemudian dicek informasi pada kemasan seperti, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, dan lainnya. Setelah sample tersebut dibuka, dilakukan inspeksi secara organoleptis mengenai tekstur (butiran seragam), warna putih bersih, rasa manis, kering, kondisi (menggumpal/tidak), dan karakteristik lainnya sesuai ketentuan standar.
- Susu Fullcream Pengecekan dilakukan dengan mengambil beberapa sample untuk ditimbang berat per kemasan. Kemudian dicek informasi pada kemasan seperti, tanggal kadaluwarsa, dan lainnya. Setelah sample tersebut dibuka, dilakukan inspeksi secara organoleptis mengenai tekstur (butiran seragam), warna putih bersih, kering, kondisi (menggumpal/tidak), dan karakteristik lainnya sesuai ketentuan standar.
- Tepung Tapioka Pengecekan dilakukan dengan mengambil beberapa sample untuk ditimbang berat per kemasan. Kemudian dicek informasi pada kemasan seperti, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, dan lainnya. Setelah sample tersebut dibuka, dilakukan inspeksi secara organoleptis mengenai tekstur (butiran seragam), warna putih bersih, kering, kondisi (menggumpal/tidak), dan karakteristik lainnya sesuai ketentuan standar.
- Minyak goreng Pengecekan dilakukan dengan menimbang berat minyak tiap drum, dan dicek secara organoleptis meliputi warna, kekentalan, terdapat kontaminan atau tidak, kemudian diambil sample.
Bahan Pembantu
:
- Etiket Etiket yang datang diambil sample untuk ditimbang berat per roll dengan dikurangi berat bobbin/karton sumbu etiket. Kemudian ditimbang berat per piece dan diukur panjang pitch to pitch, yaitu dari garis hitam tepi dalam hingga garis hitam tepi luar. Serta diukur lebar etiket tersebut.
- Karton Dari karton yang datang diambil satu ikat, kemudian ditimbang tiap piece-nya. Dari satu ikat tersebut diambil satu piece karton untuk diukur diamensinya. Selain itu juga dicek ketepatan lipatan dan hasil print out meliputi warna, gambar, tulisan, logo dan semua informasi yang terdapat pada karton.
- Plastik ball diambil sample sebanyak 10 kemasan, dari 10 kemasan diambil 2 ball. Dari masing – masing ball diambil 10 pieces kemudian dirata – rata berat per piece-nya.
- Inner Pack Diambil sample sebanyak 10 kemasan, dari 10 kemasan diambil 2 ball. Dari masing – masing ball diambil 10 pieces kemudian dirata – rata berat per piece-nya.
2. Produksi (CCP 2)
Tugas utama QC Proses adalah mengontrol jalannya seluruh proses produksi, mulai dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi hingga menjadi produk yang siap di pasarkan/dikonsumsi. Proses yang dilakukan meliputi 3 bagian, yaitu pembuatan bahan setengah jadi, bahan jadi dan pengemasan.
a. Proses Pembuatan Bahan ½ Jadi
- Extruder Jagung Ekstruder yang biasanya tersedia di pasaran adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal (single screw extruder/SSE) dan ekstruder ulir ganda (twin screw extruder/TSE) yang dapat digunakan secara luas pada produksi bahan-bahan makanan komersial. Proses ekstrusi menggunakan energi mekanis dan energi panas yang besar dengan tekanan yang tinggi, hal ini akan mengakibatkan bahan-bahan yang berbentuk bubuk, butir dll., berubah menjadi lebih cair. Oleh karena itu karakteristik-karakteristik bahan seperti friksi permukaan, kekerasan, kepadatan partikel menjadi penting untuk diperhatikan. Untuk mengatur permukaan, kekerasan dan kepadatan pori pada produk digunakan bahan yang disebut puron. Jika penambahan puron terlalu sedikit, produk yang dihasilkan berpori besar. Sedangkan jika penambahan puron terlalu banyak, produk yang dihasilkan keras dan berat. Pengecekan produk ekstrudat meliputi warna, rasa, tekstur keras/tidak, pori – pori padat/tidak. Dan yang tidak kalah penting ialah dimensi dari produk harus sesuai dengan standar, sebab, jika tidak akan bermasalah pada proses selanjutnya.
- Extruder Pelet Pada prinsipnya, cara kerja extruder ini sama dengan extruder stik jagung. Perbedaannya terletak pada outputnya, jika extruder stik outputnya berupa stik silinder dengan lubang di tengah, sedangkan extruder ini outpunya berupa lembaran yang kemudian dicetak menggunakan mesin potong. Pengecekan yang dilakukan di mesin ini meliputi kenampakan (putih/tidak), kering/basah, tebal produk. Selain itu juga dicek dimensinya meliputi panjang, lebar dan berat.
- Oven Wafer Mesin ini dilengkapi dengan 42 loyang dan conveyor belt sepanjang 3 meter, dengan kecepatan putar sekitar 1200 rpm atau 42 sheets dalam 2 menit. Pengisian bahan ke dalam loyang menggunakan pipa yang secara otomatis menuang bahan ketika loyang – loyang tersebut melewati pipa tersebut. Pengecekan pada pembuatan kulit wafer yaitu meliputi : kulit yang dihasilkan basah/tidak, gosong/tidak serta bentuk dan kondisi kulit (segi empat/geripis, retak/tidak). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu pengaturan api dan adonan. Jika adonan terlalu kental, maka kondisi yang mungkin diperoleh ialah kulit yang geripis, tidak matang semua/basah dan berat. Sedangkan jika adonan terlalu encer, maka kulit akan menempel di loyang, meskipun bentuk kotak utuh.
b. Bahan Jadi
- Wafer Ø Wafer Non Coating Wafer non coating ialah wafer yang langsung dikemas setelah dikrim dan dipotong. Hal – hal yang perlu dicek antara lain, kondisi kulit yang akan dikrim apakah masih panas/tidak, sebab jika kondisi kulit masih panas sudah dikrim, wafer tidak akan menempel secara sempurna (nyoplok). Selain itu krimnya merata atau tidak. Serta berat wafer yang sudah dikrim. Ø Wafer Coating Untuk wafer bercoating, pengecekan sama dengan wafer non coating, hanya saja ditambah pengecekan pada hasil coating meliputi berat wafer setelah dicoating dan kondisi pasta pada wafer (basah/tidak).
- Produk Bercoating Produk – produk bercoating ialah jenis stik jagung yang disalut dengan pasta vanilla dan coklat. Mesin penyalut disebut enrober. Hal – hal yang perlu dicek di bagian penyalutan ialah hasil coating, apakah terlalu tebal/tipis, basah/tidak, dan berat produk setelah dicoating. Selain itu, hal penting yang harus diperhatikan ialah suhu pasta, air pemanas pada enrober, serta suhu dan kelembaban pada cooling tunnel. Suhu cooling tunnel harus dibawah 20°C, sebab jika di atas itu, hasil coating akan basah.
- Produk Kerupuk Produk hasil dari extruder pellet, diolah dengan cara digoreng kemudian diberi bumbu. Untuk saat ini ada dua jenis bumbu yang digunakan, yaitu bumbu balado dan balado cabe hijau. Hal – hal yang perlu dicek di bagian gorengan ialah, hasil goreng gosong/kurang matang, suhu goreng, hasil molen (penambahan bumbu) merata/tidak. Diharapkan dengan pengawasan yang ketat oleh QC tersebut maka akan dihasilkan produksi yang zero defect.
Artikel yang bagus dan pengetahuan yang disampaikan juga bagus. Salut buat kontributornya Gita Febrinia dan Nugrah Widi. Sedikit menambahkan dari apa yang sudah diulas dalam artikel ini. Mungkin ada beberapa bagian yang belum dijelaskan secara detail masalah alur prosedur pembuatan sebuah produk.
BalasHapusSecara umum dan idealnya :
1. Teknik Perencanaan dan Pengadaan RM&PM (raw material & packaging material)
Marketing akan merumuskan forcast sales yang isinya angka ramalan penjualan. Marketing akan melakukan riset dahulu di pasar untuk merumuskan nilai forecast tsb. lalu forecast tsb di share ke seluruh bagian PPIC, Produksi, QC, R&D, Purchasing, dan Logistik / distribusi termasuk distributor tangan ke 2 bila menggunakan rekanan. Kenapa disahre ke semua bagian? Agar semua bagian tahu target bisnis perusahaan. Karena bicara bisnis pasti mengarahnya ke jumlah barang yang mampu dijual.
Dari forecast tsb bagian PPIC akan menghitung jumlah kebutuhan RM&PM dan jumlah hari kerja yang dibutuhkan utk memproduksi. Yang didasarkan pada kapasitas mesin yang dimiliki, jumlah tenaga kerja yg dimiliki, dan jumlah hari yang tersedia dalam kurun waktu tertentu. Hasil perhitungan PPIC tsb biasanya diwujudkan dalam bentuk production plan yang isinya target produksi yang harus dipenuhi per harinya untuk memenuhi forecast dari marketing. Barulah bagian Produksi memulai proses produksinya berdasarkan production plan yang dibuat PPIC.
Hasil perhitungan kebutuhan RM&PM yang digunakan bagian Purchasing untuk membeli RM&PM sesuai kebutuhan tsb ke suplier. Purchasing akan mencari suplier yang mampu memasok sesuai jumlah yang dihitung oleh PPIC dan spesifikasi kualitas bahan yang ditetapkan oleh bagian R&D.
Yah, itu sedikit tambahan sharing saja pengalaman saya dulu PI atau PKL di Pepsicola dan tempat kerja saya saat ini.