Candi Sukuh
Candi ini terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu sekitar 910 m
diatas permukaan laut. Dibangun sekitar abad 15 atau 16 pada jaman
kerjaan Hindu Majapahit dengan luas areal ± 5.500 m², bangunan utamanya
dengan ketinggian 910 m dpl menyerupai bentuk bangunan paramid di
Meksiko.
Pada pintu gerbang utama terdapat hiasan kepala raksasa dengan
relief-relief simbolik "Candra Sangkala" yang mengungkapkan angka tahun
pendirian candi, di halaman candi terdapat juga candi kecil dan berbagai
relief-relief yang terkessan erotis, yang sebenarnya merupakan symbol
tentang ajaran kehidupan yang hakiki serta pada relief berseri
menggambarkan cerita Garudeya dan Sudhamala yang mengangkat tema
pembebasan. Dimasa lalu komplek candi merupakan tempat pemujaan dan
penyelenggaraan acara ritual keagamaan bagi para penganut agama Hindu,
namun sekarng hanya berfungsi sebagai tempat meditasi dan sesaji .
Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso, untuk mencapai
tempat ini dapat menggunakan angkutan pedesaan jurusan
Karangpandan-Ngargoyoso(Candi Sukuh).
Candi Cetho
Terletak di Desa Gumeng, Kec. Jenawi di sebelah barat lereng Gunung
Lawu, berada diatas bukit dengan panorama yang indah dikelilingi oleh
perkebunan teh. Candi ini mempunyai daya tarik sendiri karena bangunan
candi tidak seperti kebanyakan bangunan candi-candi lain yang ada di
Jawa Tengah. Untuk mencapai Candi Cetho harus melalui jalur yang sempit
menanjak dan berkelok-kelok melewati perkebunan teh dan hutan.
Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan
masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama
mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga
melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk
kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh
Dinas Purbakala Hindia Belanda.
Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini
memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada
di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar,
pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut. Sampai saat ini, komplek
candi digunakan oleh penduduk setempat yang beragama Hindu sebagai
tempat pemujaan dan populer sebagai tempat pertapaan bagi kalangan
penganut agama asli Jawa/Kejawen.
0 komentar:
Posting Komentar